Sabtu, 22 Mei 2010

a journey to ex-MAJAPAHIT KINGDOM



Majapahit was a vast archipelagic empire based on the island of Java from 1293 to around 1500. Majapahit reached its peak of glory during the era of Hayam Wuruk, whose reign from 1350 to 1389 marked by conquest which extended through Southeast Asia, with influence to present day Indonesia, Singapore, Malaysia, Brunei, southern Thailand, the Philippines, and East Timor. His achievement is also credited to his prime minister, Gajah Mada.

Majapahit was one of the last major empires of the region and is considered to be one of the greatest and most powerful empires in the history of Indonesia and Southeast Asia, one that is sometimes seen as the precedent for Indonesia's modern boundaries. Its influence extended beyond the modern territory of Indonesia and has been a subject of many studies. German orientalist Berthold Laufer suggested that maja came from the Javanese name of Indonesian tree.


well, trip to Trowulan was inspired by a young talented famous photographer woman who has held a photo exhibition at fashion mall in Jakarta. I was amazed eyes on a photo where the photo was a woman who posed next to a large Buddhist statue asleep, in caption writing that it was taken in area named Trowulan, majapahit.

My journey began from the city of Jogya. My friend and I departed from Giwangan Bus station - Jogja at 8 am use a bus heading to Surabaya. We both didn't think that our trip should take approximately 6.5 hours.

This trip just as same as travel time from jakarta to jogja use train. You should remember if you want to go to this place,when u entered the town mojoagung, then you should be ready and prepared to enter the city Trowulan. Your eyes should always be ready to look into the lane because there will be signage where there is big writing: MAHA VIHARA MAJAPAHIT. or it will be better if you depart from surabaya.

When we came to Trowulan at 3:30 pm. The atmosphere there was dark and drizzly, I think almost everyone who has ever come here said that the weather here is always dark and drizzle.

MAHA VIHARA MAJAPAHIT located in residential areas are predominantly brass metal artisans. No wonder if you walk and look at houses surrounding people, then you will easily find a Buddhist statue, made of brass.

Our trip to the location of the monastery is only available on signage. The distance from the roadside gate to the temple about 500 meters. When we reached the gate of the monastery, Buddhist sculpture sleep was evident. altho' I only saw his great legs.







We immediately asked for permission to the guards to enter the sleeping area and saw the Buddhist statue. We went straight through the camera to capture those moments that we had brought, eventho' the weather didn't support cus of overcast and drizzle.

After that we immediately went to see the look of surrounding buildings, and eventually we passed a house where there are many statues on the pages that are already familiar to me like the statue of the goddess Kwan Im, a statue of sun go kong, and the statue of na cha (the usual female warriors using weapons large bangle).



When we entered the house, we feel a different aura, room smelling, musty and immediately made me dizzy. Inside the house there's a statue of monk tong (monk who lead the way from China to India to take holy book). The house also turns out many small urns containing human ashes.

Finally we round out our visit here and we still want to see what in Trowulan. we also had about a half hour waiting for angkot to the famous temples in Trowulan. but unfortunately only the big bus through. we also are discouraged to go to the temple. But my friend told me that unfortunately if we are far away to Trowulan just to see big budha if there are many dozens of Hindu temples here. Finally we decided to go to temples and temple Brahu barrel in the same village with MAHA VIHARA MAJAPAHIT. But, once we see the signs, it seems impossible for us to get there by foot, let alone hours of 5 pm.

How lucky we were, when there are locals who offered to deliver to the temple. Our first destination was the Brawijaya's grave 1. Brawijaya was the last king of kings royal majapahit (at least, that's what I know from google, lol)









After the king's tomb Brawijaya, we decided to go to a hindu temple brahu.WOW ...!! the temple was huge and quite well maintained. but unfortunately the time of the visit which had been closed since we arrived at 5:30 pm. BUT, we dont want to lose the sense, finally my friend and I snuck through a wire fence. funny thing happened here, my friend had fallen when passing through barbed wire as a fairly large body didn't seem able to get through the fence, lol.



After the temple Brahu, we headed to the last temple, the gentong temple. Barrel-shaped temple is located further away from the temple Brahu and its location at the center of the middle of the plantation residents. What may make, barrel-shaped temple has also been shut down, and unfortunately the fence in the temple and the barrel is more difficult to jump over. clock has also show time at 6:30 pm and the atmosphere is quiet, we decided to go home.



Next time, we will return to Trowulan to visit dozens of royal heritage temple majapahit that we haven't visited yet....!!

Rabu, 19 Mei 2010

Colorful of Sawarna

Perjalanan ke sawarna kali ini punuh dengan perhitungan dan sudah sangat direncanakan jauh jauh hari, karena kita menggunakan mobil ELF sewaan dimana menurut agennya, berhubung ini adalah bulan mei, dimana banyak traveller bepergian maka alangkah baiknya kita melakukan Down Payment terlebih dahulu untuk memesan ELF, karena mereka tidak bisa menjamin apakah ELF nya akan tersedia apabila kita memesan mendadak.

Kami berjumlah 28 orang yang terbagi dalam 2 buah mobil elf dan satu mobil avanza yang berjumlah 8 orang. Total kami berangkat dari jakarta berjumlah 36 orang ditambah dengan 8 orang teman kami yang berangkat dari serang dan akan bertemu disana.

Kami berangkat dari FX Plaza pada pukul 1.30 wib alias pagi pagi buta. Karena, Sistem penyewaannya adalah 1 hari sewa dimulai setelah pukul 24.00 wib. Jadi, Dua hari penyewaan adalaha 48 jam.

Rute berangkat yang kami tempuh adalah:
Jakarta - Tangerang - Serang - Pandeglang - Cimanuk - Labuan - Saketi - Bojong - Malingping - Bayah.

dari jakarta sampai saketi, jalanannya memang landai dan medan tempuhnya sekitar 3,5 jam, tetapi begitu memasuki bojong, jalanannya murah hancur dan ketika kami kesana jalannya sedang diperbaiki sehingga hanya memakai jalan yang hanya muat dengan mobil kita. Menurut saya, jalan yang rusak karena jalan sudah tidak sanggup lagi untuk dilewati truk besar yang mengangkut kelapa sawit, itulah pemandangan yang saya lihat.

Sekitar jam 10an akhirnya kami sampai juga di rumah warga yang telah kami pesan untuk 28 orang, seperti biasa, kami tidak memikirkan faktor kenyamanan saat tidur, tapi faktor yang penting ngumpul walaupun nanti tidurnya seperti ikan teri yang sedang dijemur.

Setelah beristirahat sekitar satu jam, dilanjutkan dengan makan siang dan setelah itu kami langsung menempuh tempat tujuan pertama yaitu goa lalay. Goa lalay jaraknya sangat dekat dengan tempat tinggal kami, yaitu sekitar 800 m. kami menuju kesana dengan menggunakan mobil dan memarkir kendaraan di depan warung yang berlokasi tepat disebelah jalan menuju goa lalay.

Jalan menuju goa lalay harus ditempuh dengan berjalan kaki alias soft trekking, jaraknya sekitar 700 m juga. Jalan menuju goa lalay memang harus menyusuri pinggir sungai, perumahan penduduk lokal dan harus menyebrangi jembatan kawat baja yang berlantai potongan batang pohon kelapa.





Setelah sekitar 2 jam menyusuri goa lalay, kami melanjutkan ke pulo manuk, lokasinya juga lumayan dekat, sekitar 1,5 km dari tempat tinggal kami. Pulo manuk terkenal dengan pulaunya yang berada di tengah laut dimana kita harus menyebranginya dengan berenang yang berjarak sekitar 4 m. setelah berenang, lalu kita akan menyusuri jalan karang yang lumayan tajam tapi disepanjang jalan, kita akan melihat banayaknya akuarium hidup yang dihuni ikan ikan kecil dan banyak sekali batang yang berbentuk bintang laut atau gurita apalah... *soalnya kagak hapal nama nama binatang laut*.
kalau ingin mengunjungi pulo manuk, lebih baik datang pada sore hari karena air laut sedang surut dan kita bisa menuju tengah pulau.





Keesokan harinya, sekitar pukul 6.30, kami melakukan softtrekking yang dimulai dari belakang rumah tempat kami menginap, dimana disana terdapat hamparan sawah yang sedang menguning, perjalanan ditempuh dalam waktu setengah jam menuju laguna pari. track nya memang "tidak bersahabat" karena harus naik dan turun serta berkelok kelok. yah, seperti track naik gunung lah...
Tapi begitu kami sampai di laguna pari, rasa letih itupun hilang dalam sekejap...!!
disana kami hanya melakukan sarapan, haha.... setelah capek menempuh perjalanan yang lumayan menguras tenaga.

Setelah melakukan sarapan dipinggir laguna pari, kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung layar dengan menyusuri pinggir pantai + harus naek turun bukit lagi. WHATTT THE...!!! ekspetasi kami kali ini tidak mau terlalu berlebihan, karena kami hampir terpisah dari kelompok dikarenakan jalannya yang masih asing alias tidak ada bekas jalan atau jalan setapak kaki, tapi untungnya kami melakukan percakapan terhadap rombangon yang berada didepan dengan berteriak.

Wow..!! ternyata tanjung layar berada dibelakang bukit. pemandangannya sangat indah, karena mirip sekali dengan krabi yang berada di Thailand.





Setelah berfoto ria di Tanjung layar, kami menuju ke tempat terakhir, yaitu pantai ciantir yang terkenal dengan tempat surfingnya. wah...wah...ombak dipantai ciantir memang keren...!! disana saya juga melihat banyak surfer lokal dan non lokal yang sedang surfing. Saya dan teman saya menuju spot yang tidak terlalu banyak karangnya. Akhirnya kami mendapatkan tempat yang tidak terlalu banyak karang, ombak yang bersahabat dan pasir putih yang luas.

Selasa, 18 Mei 2010

Hidden Beaches in Jogja

Trip ke pantai sebenarnya baru terpikirkan oleh saya pada hari rabu malam ketika saya jalan jalan ke pasar festival untuk membeli tas dikarenakan tas saya sudah rusak restletingnya. ketika saya sedang jalan jalan di dalam, saya melewati toko buku yang menjual buku buku bekas dan majalah bekas tepat didepan arena permainan bowling. seketika saja saya memasuki toko tersebut dan mata saya langsung menuju ke tumpukan majalah travel bekas *dasar otak jalan jalan*. dalam pikiran saya terbesit untuk melakukan jalan jalan singkat dengan tujuan yang ada dalam majalah tersebut.

Akhirnya saya membeli dua majalah travel bekas, dimana yang satu membahas tentang perjalanan ke belitung dan yang satu lagi membahas tentang perjalanan ke Pantai siung, jogja. Berhubung saya hanya mempunyai budget pas pasan alias travelling yang dipaksakan, maka Pantai siung sangatlah masuk akal karena berlokasi di jogja. *sepengetahuan saya, ada kereta ekonomi dari senen ke jogja hanya 50 ribuan*.

Diartikel dalam majalah tersebut tertulis bahwa pantai tersebut sangat beda dibandingkan dengan pantai lain, yaitu kita bisa melakukan rock climbing atau panjat tebing. hHHmmMm.... walaupun saya belum pernah melakukan rock climbing, tapi saya sangat tertarik dan sudah membayangkan betapa kerennya memanjat tebing dipinggir pantai dengan backsound deburan ombak.

Pada hari kamis, saya langsung mencari cari berita terhadap teman teman saya yang tinggal di jogja apakah mereka mengetahui pantai siung atau tidak. Dan sebagian menjawab belum pernah kesana karena lokasinya yang jauh dari pusat kota. *waduwh, kalau begini bisa repot..!!*. Sampai akhirnya saya mendapat sms dari teman saya yang tinggal didaerah wonosari dan mengatakan bahwa pantai tersebut hanya berjarak 1 jam dari rumahnya dan dia bersedia mengantarkan. Dan alangkah beruntungnya saya karena mendapat sms lain dari teman saya yang tinggal dipusat kota jogja, walaupun dia tidak tahu dimana lokasi pantai tersebut tapi dia mau mengantarkan dengan mobilnya.*yihaa....!!*

Pada jumat malam akhirnya saya berangkat dari stasiun senen. Distasiun senen saya melihat loket dan sepertinya disana sudah tidak mengoperasikan kereta ekonomi. *walaupun saya belum menanyakan ke petugas loket*. Akhirnya saya membeli tiket kereta bisnis dengan harga 150 ribu *cukup menguras kantong*.

Akhirnya kereta berangkat pukul 19.30 wib dari stasiun senen dan pada sabtu pagi pukul 5.00 wib saya sudah sampai di stasiun tugu. begitu sampai disana, saya langsung sms teman teman saya yang mau mengantarkan saya langsung ke pantai siung. sambil menunggu teman saya menjemput, saya mampir ke masjid di stasiun tugu untuk "mengabsensi diri" sama atasan saya.

45 menit kemudian sekitar pukul 5.45 wib, teman saya yang bernama dres datang menjemput dengan mobil. Tetapi saya dan Dres masih harus menunggu 1 teman saya lagi yang janjian di stasiun tugu yaitu elisa dan cynthia yang akan kami jemput di daerah terminal wonosari. Setengah jam kemudian akhirnya elisa datang dan memperlihatkan kamera lomo andalannya. tebak, berapa kamera lomo yang elisa bawa? TIGA BUAH KAMERA LOMO DENGAN JENIS JENIS YANG BEDA..!!*sigh*.

Kami langsung berangkat ke Pantai siung. Diperjalanan kami memutuskan untuk makan sarapan, karena saya, dres dan elisa belum makan pagi. Dres memutuskan untuk makan di Soto Pak Marto yang katanya sudah terkenal dijogja. Soto pak marjo adanya di Jalan janti yang terletak di depan Jogja Expo Centre. Saya memesan Soto Campur yang harganya hanya 7000 rupiah saja dan jeruk hangat yang harganya 2000 rupiah saja. Soto campur adalah soto daging yang sudah dicampur dengan nasi kedalam satu mangkok. Selain harganya murah, rasa sotonya memang enak banget..! *kalau kata pak bondan: maknyoss..*

Setelah sarapan dengan kenyangnya, kami langsung bergegas ke terminal wonosari untuk menjemput cynthia. Perjalanan dari JEC ke Wonosari kira kira sekitar 1,5 jam. Begitu sampai di terminal wonosari, kita langsung menjemput cynthia. *siung beach trippers: checked*. Tanpa banay kmembuang waktu, akhirnya kita langsung berangkat menuju tujuan utama: PANTAI SIUNG...!! cynthia yang orang asli wonosari bilang kalau jarak antara wonosari ke pantai siung adalah sekitar 1 jam.

Sekitar satu jam kemudian akhirnya kita sampai juga di pantai siung. *horroo....*
kami bertiga bergegas berganti pakaian untuk berenang. Pantai ini menurut saya pada bagian kiri sangat mirip dengan laguna pari yang ada di daerh sawarna, tetapi pada bagian kanan sungguh sangat berbeda karena ada tebing tebing besar dan saya melihat ada beberapa orang yang sedang melakukan Rock Climbing. Didalam hati memang terbesit untuk ikutan rock climbing, tapiii.... berhubung tidak bawa peralatan dan masih punya rasa penasaran dengan pantai pantai tersembunyi lainnya yang ada disekitar ini, akhirnya niat itu terurungkan.


Pantai Siung


Tebing Pantai siung yang biasa dipakai buat rock climbing

Teriknya sinar siang hari mulai membakar kulit, tak lupa sebagai anggota klub narsis, kami melakukan photo sessions dengan background tebing pantai siung yang ajib gile...!!

Setelah sesi photo photo selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju pantai sundak yang berada di garis pantai yang sama dengan siung tetapi jaraknya lumayan jauh, yaitu sekitar setengah jam. Diluar dugaan, ternyata pantai sundak jauh lebih indah dan view nya lebih keren dari pantai siung. Pantai sundak mempunyai karakter yang berbeda dengan siung karena disini hamparan pasir nya yang berwarna coklat muda dan pasirnya sangat empuk.

Pantai sundak sendiri mempunyai dua spot. satu spot mempunyai garis pantai yang panjang dan yang satu lagi hampir menyerupai laguna, dimana air lautnya tidak terlalu dingin dan ombaknya tidak terlalu besar.


pantai sundak


sunbathing at sundak

Sebenarnya masih ada sekitar 4 pantai lagi yang belum dikunjungi dan terletak di bibir pantai yang sama. tapi, berhubung hari sudah sore maka kami memutuskan untuk balik ke pusat kota.

Ternyata, bagi saya jogja bukan hanya tentang malioboro, borobudur atau keraton, tapi pantai pantai yang belum terkenal dan sangat bagus dan belum terlalu diperhatikan oleh turis turis merupakan salah satu daya tarik jogja. next time, i should explore more beaches there....!!